Jumat, 22 November 2013



Kemarin, 17 November 2013, Ust Yusuf Mansur menyampaikan beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang bisa mendatangkan kesembuhan bagi berbagai penyakit. Biar ga lupa, ini ayat-ayatnya :
1. Surah Al Isra ayat 82.
2. Surah An Nahl ayat 69.
3. Surah Al Fushilat ayat 44.
4. Surah Yunus ayat 57.
 
5. Surah At Taubah ayat 14.
 
6. Surah Al Mu’minuun ayat 115 s.d 118.
7. Surah Al Hasr ayat 21 s.d 24.
Semoga bisa diamalkan ya saudaraku... Insya Allah Bermanfaat,
Mari Bergabung di VSI Ustad Yusuf Mansur, info lengkapnya klik disini
Posted by Unknown On 03.42 4 comments READ FULL POST

Kamis, 21 November 2013

Saudaraku sesama muslim…
Marilah sejenak kita melakukan kilas balik terhadap berbagai peristiwa di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Kita berharap mudah-mudahan dengan mempelajari dan mengamati peristiwa ini, kita bisa mendapatkan banyak hikmah dan pelajaran berharga bagi kehidupan kita sehari-hari. Dua tahun setelah Nabi kita tercinta Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah ke madinah, bertepatan dengan bulan Ramadhan yang mulia ini, terjadilah satu peristiwa besar namun sering dilupakan kaum muslimin. Peristiwa tersebut adalah perang Badar.


Disebut sebagai peristiwa besar, karena perang Badar merupakan awal perhelatan senjata dalam kapasitas besar yang dilakukan antara pembela Islam dan musuh Islam. Saking hebatnya peristiwa ini, Allah namakan hari teradinya peristiwa tersebut dengan Yaum Al Furqan (hari pembeda) karena pada waktu itu, Allah, Dzat yang menurunkan syariat Islam, hendak membedakan antara yang haq dengan yang batil. Di saat itulah Allah mengangkat derajat kebenaran dengan jumlah kekuatan yang terbatas dan merendahkan kebatilan meskipun jumlah kekuatannya 3 kali lipat. Allah menurunkan pertolongan yang besar bagi kaum muslimin dan memenangkan mereka di atas musuh-musuh Islam.

Sungguh sangat disayangkan, banyak di antara kaum muslimin di masa kita melalaikan kejadian bersejarah ini. Padahal, dengan membaca peristiwa ini, kita dapat mengingat sejarah para shahabat yang mati-matian memperjuangkan Islam, yang dengan itu, kita bisa merasakan indahnya agama ini.
Sebelum melanjutkan tulisan, kami mengingatkan bawa tujuan tulisan bukanlah mengajak anda untuk mengadakan peringatan hari perang badar, demikian pula tulisan tidak mengupas sisi sejarahnya, karena ini bisa didapatkan dengan merujuk buku-buku sejarah. Tulisan ini hanya mencoba mengajak pembaca untuk merenungi ibrah dan pelajaran berharga di balik serpihan-serpihan sejarah perang Badar.

Latar Belakang Pertempuran
Suatu ketika terdengarlah kabar di kalangan kaum muslimin Madinah bahwa Abu Sufyan beserta kafilah dagangnya, hendak berangkat pulang dari Syam menuju Mekkah. Jalan mudah dan terdekat untuk perjalanan Syam menuju Mekkah harus melewati Madinah. Kesempatan berharga ini dimanfaatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat untuk merampas barang dagangan mereka. Harta mereka menjadi halal bagi kaum muslimin. Mengapa demikian? Bukankah harta dan darah orang kafir yang tidak bersalah itu haram hukumnya?

Setidaknya ada dua alasan yang menyebabkan harta Orang kafir Quraisy tersebut halal bagi para shahabat:
  1. Orang-orang kafir Quraisy statusnya adalah kafir harbi, yaitu orang kafir yang secara terang-terangan memerangi kaum muslimin, mengusir kaum muslimin dari tanah kelahiran mereka di Mekah, dan melarang kaum muslimin untuk memanfaatkan harta mereka sendiri.
  2. Tidak ada perjanjian damai antara kaum muslimin dan orang kafir Quraisy yang memerangi kaum muslimin.
Dengan alasan inilah, mereka berhak untuk menarik kembali harta yang telah mereka tinggal dan merampas harta orang musyrik.
Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat bersama tiga ratus sekian belas shahabat. Para ahli sejarah berbeda pendapat dalam menentukan jumlah pasukan kaum muslimin di perang badar. Ada yang mengatakan 313, 317, dan beberapa pendapat lainnya. Oleh karena itu, tidak selayaknya kita berlebih-lebihan dalam menyikapi angka ini, sehingga dijadikan sebagai angka idola atau angka keramat, semacam yang dilakukan oleh LDII yang menjadikan angka 313 sebagai angka keramat organisasi mereka dengan anggapan bahwa itu adalah jumlah pasukan Badar.

Di antara tiga ratus belasan pasukan itu, ada dua penunggang kuda dan 70 onta yang mereka tunggangi bergantian. 70 orang di kalangan Muhajirin dan sisanya dari Anshar.
Sementara di pihak lain, orang kafir Quraisy ketika mendengar kabar bahwa kafilah dagang Abu Sufyan meminta bantuan, dengan sekonyong-konyong mereka menyiapkan kekuatan mereka sebanyak 1000 personil, 600 baju besi, 100 kuda, dan 700 onta serta dengan persenjataan lengkap. Berangkat dengan penuh kesombongan dan pamer kekuatan di bawah pimpinan Abu Jahal.

Allah Berkehendak Lain
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para shahabat keluar dari Madinah dengan harapan dapat menghadang kafilah dagang Abu Sufyan. Merampas harta mereka sebagai ganti rugi terhadap harta yang ditinggalkan kaum muhajirin di Makah. Meskipun demikian, mereka merasa cemas bisa jadi yang mereka temui justru pasukan perang. Oleh karena itu, persenjataan yang dibawa para shahabat tidaklah selengkap persenjataan ketika perang. Namun, Allah berkehendak lain. Allah mentakdirkan agar pasukan tauhid yang kecil ini bertemu dengan pasukan kesyirikan. Allah hendak menunjukkan kehebatan agamanya, merendahkan kesyirikan. Allah gambarkan kisah mereka dalam firmanNya:
وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjata-lah yang untukmu (kamu hadapi, pent. Yaitu kafilah dagang), dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir.” (Qs. Al Anfal: 7)

Demikianlah gambaran orang shaleh. Harapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat tidak terwujud. Mereka menginginkan harta kafilah dagang, tetapi yang mereka dapatkan justru pasukan siap perang. Kenyataan ini memberikan pelajaran penting dalam masalah aqidah bahwa tidak semua yang dikehendaki orang shaleh selalu dikabulkan oleh Allah. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak ada yang mampu mengendalikan keinginan Allah. Sehebat apapun keshalehan seseorang, setinggi apapun tingkat kiyai seseorang sama sekali tidak mampu mengubah apa yang Allah kehendaki.

Keangkuhan Pasukan Iblis
Ketika Abu Sufyan berhasil meloloskan diri dari kejaran pasukan kaum muslimin, dia langsung mengirimkan surat kepada pasukan Mekkah tentang kabar dirinya dan meminta agar pasukan Mekkah kembali pulang. Namun, dengan sombongnya, gembong komplotan pasukan kesyirikan enggan menerima tawaran ini. Dia justru mengatakan,
“Demi Allah, kita tidak akan kembali sampai kita tiba di Badar. Kita akan tinggal di sana tiga hari, menyembelih onta, pesta makan, minum khamr, mendengarkan dendang lagu biduwanita sampai masyarakat jazirah arab mengetahui kita dan senantiasa takut kepada kita…”
Keangkuhan mereka ini Allah gambarkan dalam FirmanNya,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan…” (Qs. Al-Anfal: 47)

Mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu di bawah pengaturan Allah, karena ditutupi dengan kesombongan mereka. Mereka tidak sadar bahwa Allah kuasa membalik keadaan mereka. Itulah gambaran pasukan setan, sangat jauh dari kerendahan hati dan tawakal kepada Yang Kuasa.

Kesetiaan yang Tiada Tandingnya
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa yakin bahwa yang nantinya akan ditemui adalah pasukan perang dan bukan kafilah dagang, beliau mulai cemas dan khawatir terhadap keteguhan dan semangat shahabat. Beliau sadar bahwa pasukan yang akan beliau hadapi kekuatannya jauh lebih besar dari pada kekuatan pasukan yanng beliau pimpin. Oleh karena itu, tidak heran jika ada sebagian shahabat yang merasa berat dengan keberangkatan pasukan menuju Badar. Allah gambarkan kondisi mereka dalam firmanNya,
كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ
“Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya.” (Qs. Al Anfal: 5)

Sementara itu, para komandan pasukan Muhajirin, seperti Abu Bakr dan Umar bin Al Khattab sama sekali tidak mengendor, dan lebih baik maju terus. Namun, ini belum dianggap cukup oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau masih menginginkan bukti konkret kesetiaan dari shahabat yang lain. Akhirnya, untuk menghilangkan kecemasan itu, beliau berunding dengan para shahabat, meminta kepastian sikap mereka untuk menentukan dua pilihan: (1) tetap melanjutkan perang apapun  kondisinya, ataukah (2) kembali ke madinah.

Majulah Al Miqdad bin ‘Amr seraya berkata, “Wahai Rasulullah, majulah terus sesuai apa yang diperintahkan Allah kepada anda. Kami akan bersama anda. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan sebagaimana perkataan Bani Israil kepada Musa: ‘Pergi saja kamu, wahai Musa bersama Rab-mu (Allah) berperanglah kalian berdua, kami biar duduk menanti di sini saja. [1]‘” Kemudian Al Miqdad melanjutkan: “Tetapi pegilah anda bersama Rab anda (Allah), lalu berperanglah kalian berdua, dan kami akan ikut berperang bersama kalian berdua. Demi Dzat Yang mengutusmu dengan kebenaran, andai anda pergi membawa kami ke dasar sumur yang gelap, kamipun siap bertempur bersama engkau hingga engkau bisa mencapai tempat itu.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan komentar yang baik terhadap perkataan Al Miqdad dan mendo’akan kebaikan untuknya. Selanjutnya, majulah Sa’ad bin Muadz radhiyallahu ‘anhu, komandan pasukan kaum anshar.
Sa’ad mengatakan, “Kami telah beriman kepada Anda. Kami telah membenarkan Anda. Andaikan Anda bersama kami terhalang lautan lalu Anda terjun ke dalam lautan itu, kami pun akan terjun bersama Anda….” Sa’ad radhiyallahu ‘anhu juga mengatakan, “Boleh jadi Anda khawatir, jangan-jangan kaum Anshar tidak mau menolong Anda kecuali di perkampungan mereka (Madinah). Sesungguhnya aku berbicara dan memberi jawaban atas nama orang-orang anshar. Maka dari itu, majulah seperti yang Anda kehendaki….”

Di Sudut Malam yang Menyentuh Jiwa…
Pada malam itu, malam jum’at 17 Ramadhan 2 H, Nabi Allah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih banyak mendirikan shalat di dekat pepohonan. Sementara Allah menurunkan rasa kantuk kepada kaum muslimin sebagai penenang bagi mereka agar bisa beristirahat. Sedangkan kaum musyrikin di pihak lain dalam keadaan cemas. Allah menurunkan rasa takut kepada mereka. Adapun Beliau senantiasa memanjatkan do’a kepada Allah. Memohon pertolongan dan bantuan dari-Nya. Di antara do’a yang dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berulang-ulang adalah,
“…Ya Allah, jika Engkau berkehendak (orang kafir menang), Engkau tidak akan disembah. Ya Allah, jika pasukan yang kecil ini Engkau binasakan pada hari ini, Engkau tidak akan disembah…..”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang-ulang do’a ini sampai selendang beliau tarjatuh karena lamanya berdo’a, kemudian datanglah Abu Bakar As Shiddiq radhiyallahu ‘anhu memakaikan selendang beliau yang terjatuh sambil memeluk beliau… “Cukup-cukup, wahai Rasulullah…”
Tentang kisah ini, diabadikan Allah dalam FirmanNya,
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آَمَنُوا سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الْأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ (12) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ شَاقُّوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَمَنْ يُشَاقِقِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (13)
“Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman”. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya.” (Qs. Al Anfal: 12-13)

Bukti kemukjizatan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
Seusai beliau menyiapkan barisan pasukan shahabatnya, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan di tempat pertempuran dua pasukan. Kemudian beliau berisyarat, “Ini tempat terbunuhnya fulan, itu tempat matinya fulan, sana tempat terbunuhnya fulan….”
Tidak satupun orang kafir yang beliau sebut namanya, kecuali meninggal tepat di tempat yang diisyaratkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bara Peperangan Mulai Menyala
Yang pertama kali menyulut peperangan adalah Al Aswad Al Makhzumi, seorang yang berperangai kasar dan akhlaknya buruk. Dia keluar dari barisan orang kafir sambil menantang. Kedatangannya langsung disambut oleh Hamzah bin Abdul Muthallib radhiyallahu ‘anhu. Setelah saling berhadapan, Hamzah radhiyallahu ‘anhu langsung menyabet pedangnya hingga kaki Al Aswad Al Makhzumi putus. Setelah itu, Al Aswad merangkak ke kolam dan tercebur di dalamnya. Kemudian Hamzah menyabetkan sekali lagi ketika dia berada di dalam kolam. Inilah korban Badar pertama kali yang menyulut peperangan.

Selanjutnya, muncul tiga penunggang kuda handal dari kaum Musyrikin. Ketiganya berasal dari satu keluarga. Syaibah bin Rabi’ah, Utbah bin Rabi’ah, dan anaknya Al Walid bin Utbah. Kedatangan mereka ditanggapi 3 pemuda Anshar, yaitu Auf bin Harits, Mu’awwidz bin Harits, dan Abdullah bin Rawahah. Namun, ketiga orang kafir tersebut menolak adu tanding dengan tiga orang Anshar dan mereka meminta orang terpandang di kalangan Muhajirin. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Ali, Hamzah, dan Ubaidah bin Harits untuk maju. Ubaidah berhadapan dengan Al Walid, Ali berhadapan dengan Syaibah, dan Hamzah berhadapan dengan Utbah. Bagi Ali dan Hamzah, menghadapi musuhnya tidak ada kesulitan. Lain halnya dengan Ubaidah. Masing-masing saling melancarkan serangan, hingga masing-masing terluka. Kemudian lawan Ubaidah dibunuh oleh Ali radhiyallahu ‘anhu. Atas peritiwa ini, Allah abadikan dalam firmanNya,
هَذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ
“Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Rabb mereka (Allah)…” (Qs. Al Hajj: 19)

Selanjutnya, bertemulah dua pasukan. Pertempuran-pun terjadi antara pembela Tauhid dan pembela syirik. Mereka berperang karena perbedaan prinsip beragama, bukan karena rebutan dunia. Sementara itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di tenda beliau, memberikan komando terhadap pasukan. Abu Bakar dan Sa’ad bin Muadz radhiyallahu ‘anhuma bertugas menjaga beliau. Tidak pernah putus, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa melantunkan do’a dan memohon bantuan dan pertolongan kepada Allah. Terkadang beliau keluar tenda dan mengatakan, “Pasukan (Quraisy) akan dikalahkan dan ditekuk mundur…”

Beliau juga senantiasa memberi motivasi kepada para shahabat untuk berjuang. Beliau bersabda, “Demi Allah, tidaklah seseorang memerangi mereka pada hari ini, kemudian dia terbunuh dengan sabar dan mengharap pahala serta terus maju dan pantang mundur, pasti Allah akan memasukkannya ke dalam surga.”
Tiba-tiba berdirilah Umair bin Al Himam Al Anshari sambil membawa beberapa kurma untuk dimakan, beliau bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah surga lebarnya selebar langit dan bumi?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.” Kemudian Umair mengatakan: “Bakh…Bakh… (ungkapan kaget). Wahai Rasulullah, antara diriku dan aku masuk surga adalah ketika mereka membunuhku. Demi Allah, andaikan saya hidup harus makan kurma dulu, sungguh ini adalah usia yang terlalu panjang. Kemudian beliau melemparkan kurmanya, dan terjun ke medan perang sampai terbunuh.”

Dalam kesempatan yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke barisan musuh. Sehingga tidak ada satu pun orang kafir kecuali matanya penuh dengan pasir. Mereka pun sibuk dengan matanya sendiri-sendiri, sebagai tanda kemukjizatan Beliau atas kehendak Dzat Penguasa alam semesta.

Kuatnya Pengaruh Teman Dekat Dalam Hidup
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk membunuh Abul Bakhtari. Karena ketika di Mekkah, dia sering melindungi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang memiliki inisiatif untuk menggugurkan boikot pada Bani Hasyim. Suatu ketika Al Mujadzar bin Ziyad bertemu dengannya di tengah pertempuran. Ketika, itu Abul Bakhtari bersama rekannya. Maka, Al Mujadzar mengatakan, “Wahai Abul Bakhtari, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami untuk membunuhmu.”
“Lalu bagaimana dengan temanku ini?”, tanya Abul Bakhtari

“Demi Allah, kami tidak akan membiarkan temanmu.” Jawab Al Mujadzar.

Akhirnya mereka berdua melancarkan serangan, sehingga dengan terpaksa Al Mujadzar membunuh Abul Bakhtari.

Kemenangan Bagi Kaum Muslimin
Singkat cerita, pasukan musyrikin terkalahkan dan terpukul mundur. Pasukan kaum muslimin berhasil membunuh dan menangkap beberapa orang di antara mereka. Ada tujuh puluh orang kafir terbunuh dan tujuh puluh yang dijadikan tawanan. Di antara 70 yang terbunuh ada 24 pemimpin kaum Musyrikin Quraisy yang diseret dan dimasukkan ke dalam lubang-lubang di Badar. Termasuk diantara 24 orang tersebut adalah Abu Jahal, Syaibah bin Rabi’ah, Utbah bin Rabi’ah dan anaknya, Al Walid bin Utbah.
Demikianlah perang badar, pasukan kecil mampu mengalahkan pasukan yang lebih besar dengan izin Allah. Allah berfirman,
كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“…Betapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs. Al Baqarah: 249)

Mereka…

Mereka menang bukan karena kekuatan senjata
Mereka menang bukan karena kekuatan jumlah personilnya
Mereka MENANG karena berperang dalam rangka menegakkan kalimat Allah dan membela agamaNya…
Allahu Al Musta’an…

Footnote:
[1] Perkataan Al Miqdad radhiyallahu ‘anhu ini merupakan cuplikan dari firman Allah surat Al Maidah: 24

***
Penulis: Ammi Nur Baits
Artikel www.muslim.or.id


Posted by Unknown On 09.26 No comments READ FULL POST

Rasulullah berpesan kepada siti Aisyah : Ya, Aisyah, jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara, yaitu:
  1. Sebelum khatam Al-Qur'an.
  2. Sebelum menjadikan para nabi bersyafaat untukmu di hari Kiamat.
  3. Sebelum para muslimin meridhai engkau.
  4. Sebelum engkau melaksanakan haji dan umrah.
Bertanya siti Aisyah : Ya Rasulullah, bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika? Rasul tersenyum dan bersabda :
  1. Jika engkau akan tidur, membacalah surat Al-Ikhlas tiga kali.Seakan-akan engkau telah meng-khatamkan Al-Qur'an
  2. Membacalah shalawat untukku dan untuk para nabi sebelum aku, maka kami semua akan memberimu syafaat di hari Kiamat.
  3. “Beristighfarlah” untuk para mukminin, maka mereka akan meridhai engkau.
  4. Dan perbanyaklah “bertasbih, bertahmid, bertahlil dan bertakbir.” Maka seakan-akan engkau telah melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Wallahu a'lam.
Yuk ubah pengeluaran rutin bulanan menjadi sebuah bisnis Cemerlang berbasis Syariah yg diprakarsai Oleh Ustadz Yusuf Mansur, Informasi selanjutnya klik disini
Posted by Unknown On 09.05 No comments READ FULL POST

[a] Mengusap Bekas Tidur Yang Ada Di Wajah Maupun Tangan

Hal ini menurut Imam An-Nawawy dan Al Hafidz Ibnu Hajar sebagai sesuatu yang dianjurkan berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya, “Rasulullah bangun tidur kemudian duduk sambil mengusap wajahnya dengan tangannya.” [Hadits Riwayat Muslim no. 763 ]

[b] Doa Ketika Bangun Tidur

Alhamdulillaahilladzii ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur

artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkanNya dan kepadaNya kami dibangkitkan” [Hadits Riwayat Bukhari no. 6312 dan Muslim no. 2711]

[c] Bersiwak

“Adalah Rasulullah apabila bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak” [Hadits Riwayat Bukhari no. 245 dan Muslim no. 255]

[d] Beristintsaar 

[Mengeluarkan /Menyemburkan Air Dari Hidung Sesudah Menghirupnya]

“Apabila seorang diantara kalian bangun tidur maka beristintsaarla­­­h tiga kali karena sesungguhnya syaitan bermalam di batang hidungnyai” [Hadits Riwayat Bukhari no. 3295 dan Muslim no. 238]

[e] Mencuci Kedua Tangan Tiga Kali.

Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Bila salah seorang diantaramu bangun tidur, janganlah ia menyelamkan tangannya ke dalam bejana, sebelum ia mencucinya tiga kali” [Hadits Riwayat Bukhari no. 162 dan Muslim no. 278]


Yuk ubah pengeluaran rutin bulanan menjadi sebuah bisnis yg menghasilkan. Info dan pendaftaran disini
Posted by Unknown On 09.03 No comments READ FULL POST

Dalam sebuah hadits, ada yang menyebut perihal sosok syaitan yang duduk di atas pintu rumah. Tugasnya ialah untuk menanamkeraguan di hati suami terhadap kesetiaan isteri di rumah dan keraguan di hati isteri terhadap kejujuran suami di luar rumah.Sebab itulah Rasulullah tidak akan masuk rumah sehingga Baginda mendengar jawaban salam dari isterinya. Di saat itusyaitan akan lari bersama-sama dengan salam itu.
Berikut 7 Rahasia Dan Fakta Ayat Kursi, yaitu:
  1. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi bila berbaring di tempat tidurnya, Allah SWT mewakilkan dua orang Malaikat memeliharanya hingga Subuh.
  2. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir setiap sembahyang Fardhu, dia akan berada dalam lindungan Allah SWT hingga sembahyang yang lain.
  3. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap sembahyang, dia akan masuk surga dan barang siapa membacanya ketika hendak tidur, AllahSWT akan memelihara rumahnya dan rumah-rumah di sekitarnya.
  4. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap-tiap shalat fardhu, Allah SWT menganugerahkandia setiap hati orang yang bersyukur, setiap perbuatan orang yang benar, pahala Nabi, serta Allah melimpahkan rahmat padanya.
  5. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi sebelum keluar rumahnya, maka Allah SWT mengutuskan 70,000 Malaikat kepadanya – mereka semua memohon keampunan dan mendoakan baginya.
  6. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir sembahyang, Allah SWT akan mengendalikan pengambilan rohnya dan dia adalah seperti orang yang berperang bersama Nabi Allah sehingga mati syahid.
  7. Barang siapa yang membaca ayat Al-Kursi ketika dalam kesempitan niscaya Allah SWT berkenan memberi pertolongan kepadanya. 
Yuk ubah pengeluaran rutin bulanan menjadi sebuah bisnis Cemerlang berbasis Syariah yg diprakarsai Oleh Ustadz Yusuf Mansur, Informasi selanjutnya klik disini
Posted by Unknown On 08.59 No comments READ FULL POST
Dalam formalitas syariah, poligami memang sah sebagaimana monogami. Rasulullah SAW pun berpoligami di sepuluh terakhir usianya. Janganlah mudah-mudah mengambil keputusan berpoligami karena syaratnya berat harus adil, dimana adil itu tidaklah mudah. 

Pernikahan Rasulullah semata-mata didasari faktor agama dan bukanlah untuk kepentingan dunia. Pernikahan itu dilangsungkan untuk suatu hikmah dan bukan untuk menuruti hawa nafsu belaka.
Pernikahan itu dilangsungkan untuk suatu hikmah dan bukan untuk menuruti hawa nafsu belaka. Pernikahan itu pula untuk mengokohkan, memperkuat dan menyebarkan dakwah dan bukan untuk bersenang-senang, menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi ataupun hanya sekedar suatu hobi memperbanyak isteri saja. 
Kemudian pernikahan beliau selanjutnya semata-mata adalah untuk kebaikan Islam dan kaum muslimin. 

Sesungguhnya diantara tujuan mulia dari pernikahan beliau adalah untuk memuliakan dan memberi penghargaan bagi seorang wanita yang lanjut usia sehingga tidak lagi menarik hati laki-laki. Sementara wanita itu telah menghibahkan dirinya untuk Nabi. Maka Nabipun menikahi wanita tersebut dan menggolongkannya dalam deratan isteri-isterinya, demi untuk memuliakan wanita itu sebagaimana yang ia harapkan. 

Serupa dengan hal di atas, sesungguhnya pernikahan Nabi kadang adalah untuk memuliakan suatu kaum yang mengharapkan kemuliaan jika menjalin kekerabatan dengan Nabi. Oleh karena itu, Umar bin Khaththab sangat sedih ketika ia mendengar kabar bahwa Rasulullah satu-satunya isteri beliau yang masih gadis adalah sayyidah Aisyah. 


Mengapa beliau tidak memilih semua isteri-isterinya atau minimal mayoritas daripada isterinya, gadis-gadis perawan yang cantik-cantik? Bukankah kita semua mengetahui bahwa hal itu merupakan hal yang sangat mudah bagi beliau jika saja beliau menghendakinya. 

Manakah yang lebih utama bagi seorang laki-laki yang tengah haus terhadap wanita, gadis-gadis perawankah atau justru wanita-wanita yang telah menjanda? Atau manakah yang lebih menarik bagi seorang laki-laki yang dimabuk oleh wanita; gadis-gadis yang muda beliakah atau malah wanita-wanita yang telah memasuki usia senja? 

Bukankah pernikahan beliau dengan wanita-wanita yang menjanda serta telah memasuki usia tua merupakan bukti yang sangat jelas bahwa Nabi adalah manusia yang sangat jauh dari keinginan untuk bersenang-senang dengan memenuhi kebutuhan biologis semata? Bukankah hal itu merupakan bukti bahwa beliau merupakan seorang yang tidak haus terhadap lawan jenisnya, sebagaimana yang digembor-gemborkan oleh musuh-musuh beliau serta musuh-musuh Islam pada umumnya. 

Para ilmuwan klasik berpendapat bahwa Allah mengijinkan untuk menikahi empat wanita. Menurut mereka kebolehan disini ditambah dengan sebuah kondisi yang impossible ditunaikan, seperti keadilan dalam kasih sayang, perasaan, cinta, dan semacamnya. Selama kemampuan berbuat adil di bidang pengadaan nafkah dan akomodasi bisa diperoleh. Alasan yang mereka kemukakan untuk mendukung pendapatnya adalah sabda nabi dalam hubungannya dengan ketidakmampuan berbuat adil dalam kebutuhan batin. Nabi bersabda : “Ya Tuhanku inilah kemampuanku dalam hal memberikan pembagian kepada isteri-isteriku, karena itu janganlah memaksaku untuk berbuat sesuatu di luar kemampuanku” (HR Ahmad Abu Dawud dan Al Nasa’i). 


Bahkan Dawun al-Zahiri membolehkan menikahi lebih dari empat wanita. Alasannya adalah bahwa kata-kata yang ada di ayat 3 surat Al-Nisa’ di bawah tidak menunjukkan adanya larangan menikah wanita lebih dari empat. Mereka berpegangan bahwa kata waw yang terdapat dalam firman tersebut berfungsi sebagai penghubung (kata sambung). Disamping itu, Rasulullah SAW sendiri menikahi wanita muslimah lebih dari empat orang. 


Pandangan para modernist tidak membolehkan menikahi wanita lebih dari seorang, kecuali dalam kondisi tertentu. Alasan mereka adalah bahwa kebolehan menikahi wanita lebih seorang diikuti dengan sebuah kondisi yang tidak mungkin dipenuhi oleh seorang suami yaitu kemampuan berbuat adil diantara isteri. 

Seperti apa yang ada di surat An-Nisa 3 :
 “Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

Menurut mereka adil dalam surat ini berarti berlaku adil dalam segala hal yang berhubungan dengan kehidupan keluarga baik kemampuan pengadaan akomodasi seperti pakaian, makanan dan semacamnya maupun perasaan dan hati seperti rasa cinta dan semacamnya yang berhubungan dengan kebutuhan batik isteri. 

Poligami merupakan suatu tindakan yang tidak boleh (haram), kecuali dalam hal-hal tertentu saja seorang suami boleh melakukan poligami, seperti karena ketidakmampuan seorang isteri untuk mengandung atau melahirkan, menurut Al Qur’an surat An-Nisa ayat 3 membolehkan poligami tetapi dengan syarat keharusan mampu meladeni isteri dengan adil dalam pemberian nafkah lahir dan giliran waktu tinggalnya. Dan syarat ini menurutnya ada 3 kondisi yaitu : 

· Kebolehan berpoligami disesuaikan dengan kondisi dan tuntutan zaman 

· Syarat harus mampu berbuat adil merupakan syarat yang sangat berat. Karena beratnya persyaratan ini Allah pun menyatakan : “Kalaupun manusia berusaha keras untuk adil, ia tidaklah akan mampu terlebih dalam hal pembagian cinta dan hal-hal yang berkaitan dengan hati (batin). Padahal ada hadits Nabi Muhammad SAW yang menyatakan : “seorang pria yang mempunyai dua isteri tapi berbuat ketimpangan terhadap salah satunya maka di hari kiamat nanti orang tersebut akan datang dengan badan yang rusak”. 

· Seorang suami yang tidak bisa melaksanakan syarat-syarat yang dituntut untuk melakukan poligami haruslah melakukan monogami. Setelah mencatat pentingnya kemampuan bisa berbuat adil, abduh kemudian mengatakan bahwa tujuan dari syari’ah adalah perkawinan yang monogami. Agaknya, abduh berpendapat bahwa asas monogami merupakan salah satu asas perkawinan dalam Islam yang bertujuan untuk landasan dan modal utama guna membina kehidupan rumah tangga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. 

Karena itu, setelah Abduh mencatat An-Nisa’ 129 yang berbunyi :

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dia mengakui bahwa para sahabat nabi memang melakukan poligami, tapi hal itu dilakukan karena kondisi menghendaki demikian, dimana wanita lebih banyak daripada pria. Karena itu poligami dikatakan hanyalah menjaga wanita. 

Adapun hikmah diijinkan berpoligami dalam keadaan darurat dengan syarat berlaku adil antara lain : 

1. Untuk mendapatkan keturunan bagi suami yang subur dan isteri yang mandul. 

2. Untuk menjaga keutuhan keluarga tanpa menceraikan isteri, meskipun isteri tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai isteri atau ia menderita cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. 

3. Untuk menyelamatkan suami yang hypersex dari perbuatan zina dan krisis akhlak lainnya. Data statistik menunjukkan bahwa larangan berpoligami yang dilakukan di beberapa negara barat mengakibatkan merajalelanya prostitusi dan free sex yang berakibat pula anak-anak zina lahir mencapai jumlah besar atau tinggi. Misalnya di Perancis 30%, Austria 50%, dan Belgia 60%. 

4. Untuk menyelamatkan kaum wanita dari krisis akhlak yang tinggal di negara / masyarakat yang jumlah wanitanya jauh lebih banyak dari kaum pria, misalnya akibat peperangan yang cukup lama seperti perang Irak dan Iran. 

Nilai akhlak dan adab juga mengajarkan sekadar sah atau halal tidaklah cukup untuk melangkah. Dengan begitu, kemudharatan akan terhindarkan, kemanfaatan akan teroptimalkan. Termasuk untuk melangkah berpoligami. Kepentingan anak-anak dan kepentingan pasangan yang telah setia menyertai jatuh bangun membina keluarga dari awal yang harus menjadi pertimbangan utama. Rasulullah pun berpoligami setelah anak-anaknya dewasa dan setelah Khadijah yang menjadi belahan jiwanya wafat. 

Karena di Qur’an jelas ada, Allah jelas membolehkan maka kita sebagai umat yang beriman tidak boleh menolak karena bisa mengkufuri ayat atau hanya memilih-milih ayat yang disukai saja. Dalam beragama kita dilarang memilih-milih ajaran-ajaran yang telah ditetapkan sebagaimana firman Allah QS. Al Baqarah ayat 208 :

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Sehingga hal ini meurpakan ujian keimanan terhadap ayat-ayat Allah. Yakinlah jika Allah membolehkan pasti ada kebaikan dan hikmah di dalamnya. Kita tidak perlu terlalu cemas dan khawatir karena laki-laki yang beriman tidak akan mudah-mudah melakukan poligami jika tidak ada sebab yang darurat. Untuk itu carilah laki-laki yang beriman. Namun, jika keputusan poligami ternyata harus terjadi maka terimalah secara positif. 


sumber : diambil dari RESUME BUKU
“MENGAPA RASULULLAH BERPOLIGAMI”
Karya : Dr. Ahmad Al Hufy 


Mari kita beli kembali indonesia, Gabung di Bisnis Ustd Yusuf Mansur info selengkapnya kilik tautan berikut  disini
Posted by Unknown On 07.33 No comments READ FULL POST
Apakah Oral seks diperbolehkan dalam islam?Secara tegas dilarang, atau ada syarat-syarat dan batasan tertentu yang menjadikannya halal atau haram? Hal tersebut menjadi bahasan tersendiri dalam seksiologi Islam karena tidak ditemukan dalam hadist.
tentulah hal ini masih dalam perdebatan dalam pendapat ulama dikarenakan ketiadaan nash yang sarih menyebabkan sebagian ulama memperbolehkan karena tidak ada dalil yang melarangnya.

“Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu dari mana saja kamu kehendaki” (QS. Al Baqarah ayat 223)

Namun, sebagian ulama lainnya menghukuminya makruh atau melarangnya dengan berargumen menjaga kehormatan (muru’ah), oral seks menjijikkan, dan tidak termasuk menjaga kemaluan seperti ciri orang yang beriman: ’alaa furuujihim yuhaafidhuun..

Nah, mitraku tercinta.. Semuanya kembali kepada anda tentang penilaian hal tersebut diatas. Sekedar saran dari penulis sebaiknya kita beranggapan saja perbuatan tersebut adalah hal diharamkan oleh agama untuk terhindar dari Dosa.

Yuk tambah penghasilan bulanan anda dalam jaringan usaha yang diprakarsai Ustadz Yusuf Mansur, informasi lebih lanjut klik disini

Posted by Unknown On 07.05 No comments READ FULL POST
Asslamualaikum warrahmatullahi wabarrakatush mitra VSI

Ingat saudaraku, kita sebagia umat (khususnya muslim) jangan semata-mata hanya mencari hal-hal yang duniawi saja, semua harus diimbangi dengan hal-hal yang berorientasi syurgawi, untuk itu sesuai motto borneovsi.blogspot.com "Mari Berbisnis Sambil Berdakwah" mengajak anda untuk menambah wawasan religi

Berikut Daftar isi Artikel & Dakwah kami :

Semoga Bermanfaat Saudaraku..................
Yuk mari Bergabung dengan VSI bisnisnya Ustad Yusuf Mansur, info lengkapnya klik disini
Posted by Unknown On 06.37 No comments READ FULL POST

Rabu, 20 November 2013

Assalamualikum wr.wb Calon/Mitra VSI

Kali ini saya akan buka rahasia mengenai kemana penggunaan biaya pendaftaran sebesar Rp.275.000 tersebut? Coba disimak baik-baik penjabaran saya berikut ini ya!
  1. Mitra akan memperoleh 2 poin promo yang bisa ditukarkan dengan product Habspro (senilai Rp.100.00, baca informasinya disini) atau buku Ustadz Yusuf Mansur (RICH). Promo ini hanya berlaku sampai dengan 31 Januari 2014
  2. Terdaftar program V-Pay untuk transaksi all-payment seperti pembelian pulsa, token PLN, speedy dan tagihan TV berbayar dll.
  3. Hak pengembangan VSI SEUMUR HIDUP bahkan bisa diwariskan, Anda tidak perlu melakukan perpanjangan setiap tahun. Potensi penghasilan 24 juta/hari. Ini Bukan Janji Tapi Fakta.. silahkan baca ketentuannya disini
  4. Fasilitas sekolah bisnis online Wisata Hati senilai Rp.1 juta secara gratis jika anda member VSI. Akses ke www.whbs.or.id
  5. Di VSI tidak ada kewajiban tutup poin, tidak ada kewajiban jual produk
Jadi Rp.275.000,- dapat fasilitas senilai Rp.1 Juta, dapat produk Habspro/Buku ust. Yusuf Mansur dan potensi penghasilan Rp.24 juta/hari.

MASIH RAGU BAYAR Rp.275.000 ????

Coba kita review lagi, jika uang 275 ribu mengendap di tabungan kita? Kira-kira dalam 6 bulan lagi jadi berapa? Meningkat atau berkurang?

Tapi kalo di VSI, kita "MEMBELI" sebuah peluang, tentu anda tahu sendiri arti peluang bukan? Dia tidak datang setiap saat, jadi manfaatkan benar-benar peluang ini.

A + B = C Jangan pernah berharap A + B = R

Jika Anda ingin mendapatkan hasil yang beda, maka rubahlah sedikit kebiasaan anda. Pasti hasilnya juga akan beda.

A + P = R  (Action + Pray = Rich)

Semoga Mudah dipahami..
by VP8859131

Informasi lengkap kunjungi panduan kami disini

Posted by Unknown On 04.20 2 comments READ FULL POST

Selasa, 19 November 2013

                                                                                  "Assalamualaikum mitra..
Sebagai rasa bentuk keperdulian kami sesama mitra berikut kami bagikan artikel eksklusif yang hanya diperoleh bagi setiap member beliau di www.kuliahonline.com 
semoga bermanfaat...!!!"
by Ustadz Yusuf Mansur - Friday, 28 September 2013, 16:34


Prinsip dasar u/ semua kemudahan, sama.
Prinsip tauhid, iman, dan keyakinan. Prinsip ibadah dan doa.
(+) Belajar jadi pengusaha lewat seorang Ustadz? Emangnya Yusuf Mansur seorang pengusaha? Koq belajar lewat Ustadz ya? Belajar bisnis lewat Ustadz?
(-) He he he, saya pun tersenyum sendiri. Iya juga. Kenapa belajar sama saya? Saya yang dikenal sebagai Ustadz, ngajar orang supaya jadi pengusaha? Supaya bisnis? Supaya dagang?
(+) Mudah-mudahan sedang tidak salah belajar!
(-) Insya Allah tidak salah belajar.
(+) PD ya? He he. Iya juga sih. Apa saja yang bisa membawa kita bermanfaat, bisa dijadikan ibadah, ya itu kan wilayah Ustadz juga ya... Termasuk dunia usaha. Menjadi pengusaha, supaya bisa menebar banyak manfaat, mengarahkan supaya bisa jadi jalan ke surga, tidak malah kejeblos ke neraka, ke kesusahan dunia akhirat, dan mengingatkan pengusaha untuk tidak meninggalkan shalat, mengeluarkan sedekah, tidak berbuat haram dan maksiat.
(-) Ya, kira-kira begitu lah.
(+) Berarti ya ga perlu melihat Ustadz sebagai pengusaha ya? Maksudnya, meskipun Ustadz bukan pengusaha, bukan pebisnis, ya ga apa-apa belajar sama Ustadz ya? Supaya sakses tapi selamat dunia akhirat. Gitu kan?

(-) He he he, emangnya saya bukan pengusaha juga ya? Tampang pengusaha pegimana sih? Kudu keren? Saya kurang keren ya? Ha ha ha. Engga kan? Jadi pengusaha ya ga mesti petantang petenteng. Ga mesti punya kartu nama, lalu bertuliskan di bawah namanya: BusinessCentre.
(+) Koq BusinessCentre? Kayak di hotel aja, ada ruangan BusinessCentre nya? BusinessMan kali, he he he.
(-) He he, betul. Itu saking banyaknya bisnis, dia jadi pusat bisnis (BusinessCentre). Salah tulis kartu nama, tapi pesannya “sampe“. Pusat segala bisnis, he he he. Ga penting bahasa inggris betul. Yang penting pede, ha ha ha.
(+) Ya penting juga kali. Pengusaha yang “WorldClass“. Tapi itu betul. Jadi pengusaha ga penting nama terukir. Yang penting manfaat. Jadi, Ustadz pengusaha juga nih?
(-) Saya ikutan belajar dengan ngajar. Termasuk ketika ngajar semua orang bisa jadi pengusaha, saya ikutan belajar supaya bisa jadi pengusaha.
(+) Wuah, berarti beloman jadi pengusaha dong? Pelajaran apa yang bisa dipetik? Sementara Ustadz sendiri belom jadi pengusaha?
(-) Ngajar tentang kematian, kan saya juga belom mati? Dulu ketika saya menulis Cara Gampang Bayar Hutang, hutang saya juga beloman lunas.
(+) Sekarang udah lunas?
(-) Udah nambah lagi nih hutangnya, ha ha ha. Iya, alhamdulillaah, sudah. Saya ketika ngajar tentang hutang, ya bilang, bahwa insya Allah saya pun sama-sama belom lunas niy. Kita bareng-bareng membuktikan bahwa insya Allah hutang kita bisa lunas, dengan segera. Jalan bayar hutang jadi jalan ibadah. Jalan bayar hutang, jadi jalan menuju kepada keyakinan kepada Allah Yang Maha Kaya, dan seterusnya. Tentang jadi pengusaha, bahkan, kalo saya yang ngajar, insya Allah jadi mudah. Prinsipnya sama koq dalam cara bayar hutang, cara berburu jodoh, cara punya anak keturunan, cara punya rumah, cara punya kendaraan, cara bisa pergi haji dan umrah. Sama prinsip dasarnya.
(+) Mudah?
(-) Iya. Mudah.
(+) Ah, mudah, atau ngegampangin? Atau memudahkan? Kalo denger Yusuf Mansur ceramah, atau baca tulisannya, koq ya kelihatannya mudah terus, gampang terus?
(-) Bener. Mudah. Emang bener-bener mudah. Kitanya aja yang mempersulit. Dan ngegampangin itu beda loh sama mempermudah atau memudahkan. Ngegampangin itu kesannya ngentengin sesuatu. Ngentengin orang. Memandang remeh. Kalo memudahkan, ya berusaha membuat mudah sesuatu. Termasuk membuat mudah orang untuk menjadi pengusaha, pedagang, pebisnis.
(+) Ya udah, ngajar dulu sana. Maaf udah mengganggu ya...
(-) Ga apa-apa. Ini baru mukaddimah. Seneng saya malah ditanya. Doakan saya. Supaya saya juga bisa jadi pengusaha. Yang saleh, yang memiliki keluarga dan keluarga perusahaan yang saleh, yang bisa bayar pajak, he he he, yang bisa berkontribusi buat negara dan bangsa. Bisa membantu Allah dan Rasul-Nya dengan berdakwah lewat jalan usaha, bisnis dan perdagangan. Islam aja dulu masuk ke Indonesia salah satunya lewat jalur perdagangan. Doain supaya saya dan pesantren, bisa usaha, yang dengan izin Allah bisa mandiri, tidak tergantung sama orang, tidak bergantung sama donatur dan bayaran santri. Bayaran santri kalo ada, jadi bisa buat kemakmuran dan kejayaan pesantren sendiri. Bukan kejayaan pewakaf, pengurus dan pengelola. Sebab kejayaannya diperoleh lewat jalan usaha. Bisa membawa keluarga dan keluarga besar perusahaan terus mengingat Allah, rajin dhuha, shalat berjamaah, tahajjud, ngedorong mereka untuk ngafal Qur’an 1 hari 1 ayat, 1 hari 1 lembar, bisa jadiin perusahaan kayak sekolah, madrasah, pesantren, tempat nuntut ilmu, di mana karyawan dan karyawatinya, serta seluruh yang ngikut bisa difasilitasin ngaji, belajar, nuntut ilmu selama jadi karyawan karyawati saya.
(+) Doain yang lain juga dong...
(-) Iya. Didoakan dengan doa yang lebih dari doa tadi. Supaya juga bisa berbisnis yang halal, tapi bisa tetap jalanin mega usaha, berkah, penuh ridha Allah. Jauh dari maksiat, dekatnya sama ibadah. Dan supaya bisa terjalin ukhuwah antar pengusaha lebih hebat lagi. Ukhuwah islamiyah, ukhuwah syiar dan dakwah. Makin banyak pengusaha yang saleh salehah di negeri ini, makin bagus buat negeri ini. Aamiin.
(+) Yang masih jadi pekerja ga didoain nih?
(-) Iya. Didoain juga. Bahkan di rangkaian tulisan ini, banyak juga mengingatkan pekerja tentang keutamaan dirinya, hingga tidak merasa rendah dibanding pengusaha. Bahkan memiliki kehormatan dan kemuliaan dengan posisinya sebagai pekerja. Didoakan supaya walo jadi pekerja, banyak kemudahan hidup seperti pengusaha, melebihi yang punya usaha, he he he. Soal rizki, bukan soal jadi pekerja atau pengusaha. Insya Allah ini juga dibahas. Aamiin.
(+) Ok. Ngajar dulu sana.
(-) Siap. Bismillaah...
***
Jadi pengusaha tidak sesulit yang kita kira. Sungguh ia menjadi mudah buat mereka yang meyakini ini mudah, dan semakin mudah buat mereka yang yakin Allah itu Maha Memudahkan. Mereka yang bermodalkan yakin saja, bisa menjadi pengusaha. Maka seorang mukmin, sejak yakin dan bergeraknya, belom lagi sampe menjadi pengusaha, ia sudah menjadi ibadah..
Mau jadi pengusaha? Tulis aja sepotong kalimat di selembar kertas. Kalo bisa dengan tulisan tangan yang menulis dengan hati yang sungguh-sungguh: Saya mau jadi pengusaha. Lalu bingkai itu tulisan. Letakkan di dinding impian. Dinding yang bisa mudah dilihat oleh Saudara. Lalu jalanilah kehidupan sebagaimana biasa. Api kepengen jadi pengusaha itu, jangan pernah dipadamkan. Keinginan dan impian jadi pengusaha, jangan dihilangkan sementara Saudara menjalani kehidupan ini. Pelihara di dalam hati dan pikiran.
Setiap mau berangkat kerja, tengok itu tulisan. Baca.
Setiap pulang dari kerjaan, tengok. Baca.
Setelah jalan beberapa bulan, beberapa tahun, tengok itu tulisan. Insya Allah dah. Insya Allah tuh tulisan ga berubah, he he he.
(-) Yaaaaaahhh... Kirain beneran...
(+) Iya. Tulisannya ga berubah. Tetep itu bunyinya. Dengan tulisan yang sama pula. Seperti beberapa bulan atau tahun yang lalu. Tapi Situnya yang berubah. Situ sudah jadi pengusaha beneran. Berangkat dari usaha kecil-kecilan, hingga jadi pengusaha besar.
Dan lihatlah. Di proses yang saya paparkan di awal ini, tanpa menyebut asma Allah. Ya, tanpa menyebut ibadah dan doa. Asal punya keyakinan, dan semangat, lalu punya pikiran bener-bener akan jadi pengusaha, maka bener-bener akan jadi pengusaha.
Kalimat ini digaris tebal oleh mereka-mereka yang beraliran positif, beraliran keyakinan, yang bahkan kadang menuhankan dirinya sendiri dan alam. Kalimat yang kelihatannya tidak bermasalah, namun sesungguhnya bermasalah secara tauhid, dipegang sebagai satu kebenaran: Saudara hanya perlu percaya, perlu yakin, bahwa Saudara akan mencapai apa yang Saudara inginkan, impikan, lalu alam ini secara ajaib akan mengaturnya.
Ini kan ga bener. Diri sendiri ga bisa ngatur apa-apa. Alam ini juga ga bisa ngatur apa-apa. Yang bisa mengatur itu adalah Allah. Allah yang bisa mengatur segala-galanya. Termasuk Allah lah yang bisa mewujudkan keinginan dan impian seseorang untuk bisa jadi pengusaha. Bukan dirinya sendiri dan alam.
Namun saya tidak mau mencederai dulu keyakinan yang positif ini. Kita beri warna saja dengan warna ilahiyah. Ketuhanan. Keyakinannya tetap kayak begitu, hanya sandarkan pada Allah. Lalu beri bobot ibadah. Beri nilai ibadah. Sehingga sejak dari awal sudah dihitung sebagai ibadah, dan tidak jatuh kepada kemusyrikan.
Hal-hal sederhana, misalkan dengan mengubah kalimatnya menjadi: “Bantu saya ya Allah, supaya saya bisa jadi pengusaha“. Ini udah akan berbeda. Atau dengan nada yang berikut: “Insya Allah saya yakin saya bisa jadi pengusaha“. Aman. Ada insya Allah nya, he he. Segini saja untuk permulaan cukup. Apalagi kemudian tidak hanya mandangin ini tulisan saat pergi dan pulang bekerja. Tapi membawanya ke atas sajadah. Dibawa shalat, dibawa dalam doa. Insya Allah ini yang saya sebut, sejak awalnya perjalanan menjadi pengusaha, perjalanan ini udah jadi ibadah, dan bahkan penuh dengan muatan ibadah. Bayangkan ya, orang yang kerjaannya menyempatkan memandangi tulisan ini saban hari, dengan mereka yang dhuha saban hari. Kekuatannya tentu berbeda.
Perhatikan ini...
Buat tulisan impian Anda. Tempel di dinding impian Anda. Lalu liat tiap hari, baca tiap hari. Bandingkan...
Buat tulisan impian Anda. Pake bismillah nulisnya. Tempel di dinding impian Anda. Lalu bawa shalat dhuha tiap pagi, shalat malam tiap malam, dan jadikan doa setiap saat. Terasa bedanya.
Mudah-mudahan sampainya kita kepada apa yang kita inginkan, impikan, tidak membawa kita kemudian lalai sama Allah. Semakin bersyukur dan tidak besar kepala.
Sebab itu, di serial “Semua Bisa Jadi Pengusaha“ di Wisatahati ANTV, saya pun menyebut modal yang dimiliki oleh semua orang adalah doa. Doa dimiliki mereka yang kaya, dan doa dimiliki mereka yang miskin. Doa kemudian bisa dimiliki oleh mereka yang berilmu, berpengalaman, juga bisa dimiliki oleh mereka yang tidak berilmu dan tidak berpengalaman. Doa bisa dimiliki oleh mereka yang punya modal, dan doa bisa dimiliki oleh mereka yang tidak bermodal.
Doa jauh melebihi “mantra ajaib“ berupa keyakinan pada diri sendiri dan alam, dan pikiran positif, yang juga dimungkinkan dimiliki oleh semua orang. Dengan doa, terbuka pintu semua orang untuk menjadi pengusaha.
Kiranya, kuliah umum ini saja insya Allah sudah cukup untuk membuat semua orang bisa jadi pengusaha, andai bener-bener mau langsung ngetrack berdoa, tanpa putus, tanpa jeda, tanpa henti, tanpa lelah, tanpa buruk sangka sama Allah. 5x sehari shalat fardhu, maka setelahnya 5x pula dalam sehari melakukan afirmasi yang paling positif: Doa. Ditambah selepas dhuha dan tahajjud, dilakukan dalam jangka waktu yang cukup untuk dikatakan sebagai “terus menerus“, misalnya 40 hari, 100 hari, setahun, dua tahun, maka keajaiban itu datangnya bukan keajaiban biasa. Tapi keajaiban dari Allah. Jalan itu datangnya bukan jalan biasa. Tapi jalan dari Allah. Subhaanallaah laa hawla walaa quwwata illaa billaahil ’aliyyil ’adzhiim. Nanti setelah kekabul, ya terus berdoa. Kan usaha juga omsetnya pengen naik terus, pengen lebih banyak lagi usaha baru, pengen selamat. Jangan lupa berdoa supaya usaha yang dilakukan membawa kepada ridha Allah dan surga-Nya. Seraya minta dibimbing agar bisa membimbing staff-staff dan karyawan karyawati semuanya bisa masuk surga. Asyik. Jalan usaha jadi jalan masuk surga, dan jadi jalan orang lain buat masuk surga dengan wasilah kita. Subhaanallaah.
***
Saudara-saudaraku yang saya cintai karena Allah. Tahun 2012 adalah tahun di mana saya alhamdulillah membuka 2 sekolah baru. Sekolah Bisnis, dan Sekolah Kepemimpinan. Enterprenurship; Bisnis, usaha, dagang. Dan Leadership: Kepemimpinan, baik kepemimpinan di dunia usaha itu sendiri, atau bicara spektrum yang lebih luas lagi, kepemimpinan bangsa, kepemimpinan nasional, dan kepemimpinan global.
Enterpreneurship dan leadership, adalah dua yang harus dipersiapkan sungguh-sungguh. Dilahirkan. Jangan sampe tercipta karena kebetulan belaka, atau bahkan warisan, tanpa peduli kualitas dan akhlaknya.
Seperasaan saya, dilihat dari dokumentasi perjalanan saya, dari 1994, saya menaruh perhatian kepada dunia usaha dan kepemimpinan. Dari mulai yang sekecil-kecilnya, hingga ia kemudian berproses hingga sekarang ini. Semakin tahun, semakin tertarik. Semakin kepengen terlibat dan melibatkan diri. Semakin kepengen menceburkan diri. Bukan egoisitas kepengen menjadi pengusaha, dan pemimpin, insya Allah. Tapi lebih kepada kepengen ikutan menyiapkan moralnya, menyiapkan visi misinya, membantu mewujudkan impian banyak orang yang bercita-cita menjadi pengusaha dan pemimpin, dalam keadaan Allah ridha kepadanya.
Secara meyakinkan saya berdoa di hadapan Allah, di depan Ka’bah-Nya, hampir di tiap kali perjalanan umrah. Agar saya diberi kekuatan mendampingi negeri saya, untuk ikut melahirkan dan mewarnai dunia usaha dan dunia kepemimpinan; baik nasional maupun global (internasional). Tahapan perjalanan setapak demi setapak dimulai.
Harus ada yang punya impian, mencetak pengusaha berkaliber internasional, dengan reputasi dan network internasional, sementara ia adalah seorang penghafal al Qur’an yang santun, meneduhkan, namun disegani.
Ya. Harus ada yang punya impian, mencetak pemimpin yang berkaliber dunia, sementara ia adalah seorang penghafal Qur’an yang memimpin dunia dengan al Qur’an. Subhaanallaah.
Dan saya kepengen menjadi salah satu yang memiliki impian itu. Saya yakin saya tidak sendirian. Untuk menuju jalan itu, seluruh gagasan, ide, dan menuju implementasi, membuat sekolah bisnis dan sekolah kepemimpinan, adalah sebuah keniscayaan. Sekarang saja, dengan bendera Daarul Qur’an, yang menyasar ke program pendidikan formal SD, SMP, SMA, saya dan kawan-kawan berhasrat sangat memberi kontribusi kepada dunia pendidikan tinggi, output SMA yang berkualitas dengan akhlak yang mulia, dan al Qur’an di hati, dada, dan pikirannya. Keinginan untuk menyumbang kepada dunia usaha, anak-anak yang kelak menjadi pengusaha dan pemimpin yang tidak doyan sama korupsi, ga doyan sama harta haram, ga doyan sama perilaku maksiat, sebab al Qur’an melekat di dirinya, begitu menggelora. Hingga ia menjadi doa dan ajakan bersama ke seantero negeri dan muslim dunia, agar ia betul-betul menjadi terwujud.
Rangkaian perkuliahan ini, rangkaian tulisan di tangan Saudara, adalah tulisan yang punya cita-cita tinggi itu, dengan tidak melupakan pembahasan yang membumi dan bisa dijalankan. Insya Allah, dengan izin-Nya.
***
Saya ulangi di dalam Kuliah Umum ini, bahwa semua prinsip untuk kemudahan dunia, sama. Termasuk sukses menjadi pengusaha, dan sukses menjadi pengusaha yang sukses. Yakni prinsip tauhid, iman, dan keyakinan. Prinsip ibadah dan doa. Percaya sama Kekuatan Allah, dan menyiapkan diri sebaik-baiknya dengan terus menerus berada di dekat Allah, dalam ibadah, doa, dan ikhtiar yang juga terus menerus bersama-Nya.
Jika mereka yang tidak punya Allah, bahkan tidak bertuhan, diberi kesempatan menjadi pengusaha, dan pemimpin, maka saya sungguh kepengen semakin percaya, apalagi jika kita bertuhan Allah, dan memakai betul Allah sebagai kekuatan yang memimpin dan menggerakkan.
Apalagi menjadi pengusaha dan pemimpin tidak sesulit yang Saudara kira. Hanya ada yang mengerti, ada yang tidak mengerti. Ada juga yang secara tidak sengaja meniti jalan ini, lalu jadi, ada yang secara sengaja meniti jalan ini, lalu bertambah-tambah jadinya. Ada yang siap, dan menyiapkan dirinya, ada juga yang tidak siap lalu akhirnya mau ga mau menjadi siap. Ada yang dipilih, ada pula yang secara natural kemudian mengemuka. Dan saya mencoba dengan izin Allah menyingkapnya seserpih dua serpih, sedikit dua dikit, hingga ia menjadi sebuah tuntutan step by step yang bisa diikuti.
Muhammad al Faatih, seorang penakluk Konstantinopel, adalah seorang yang memang siap secara dirinya, dan disiapkan oleh ayahnya, Sultan Mehmed II. Hingga pada umur 19 tahun ia diangkat begitu belia menjadi Sultan, dan umur 23 menaklukkan Konstatinopel.
’Umar bin ’Abdul ’Aziz, putra ’Abdul ’Aziz, dipersiapkan betul juga oleh ayahnya, untuk menjadi pempimpin masa datang. Baik Muhammad al Faatih, maupun ’Umar bin ’Abdul ’Aziz, tidak dipersiapkan dengan ambisius. Tapi dipersiapkan dengan semangat ilahiyah. Pernah pada suatu hari, ’Abdul ’Aziz, ayah dari ’Umar yang kelak menjadi salah satu khalifah besar pada masanya, mencukur kepala ’Umar sampe botak, sebab ketinggalan shalat.
Hal serupa dilakukan Sultan Mehmed II kepada Muhammad al Faatih, anaknya, dengan sentuhan yang serupa tapi tak sama. Muhammad al Faatih dididik dengan pendidikan al Qur’an, as Sunnah, agama, bahasa, dan militer, hingga kemudian ia siap lebih cepat dari masa seharusnya seorang pemimpin.
Bagaimana juga seorang ’Umar bin Khattab menyiapkan seorang gubernur mesir yang peduli dan sayang juga kepada keluarganya. Dikisahkan salah satu kandidat gubernur menghadap ’Umar bin Khattab dengan membawa anaknya. Lalu Khalifah ’Umar mencium anak itu dengan kasih sayang. Ayah anak ini, kandidat gubernur, berkata, “Saya tidak pernah mencium anak saya sebagaimana engkau mencium wahai Khalifah...“. Mendengar perkataan kandidat gubernur ini, dikisahkan oleh sejarah, bahwa ’Umar menunda pengangkatan itu, dan sebagian yang lain mengatakan, dibatalkan. Apa kata Khalifah ’Umar, “Bagaimana mungkin seorang yang akan memimpin satu negeri lalu tidak berlaku lembut kepada anaknya?“
Aroma penyiapan itu makin terlihat manakala Rasul membimbing langsung para sahabatnya, mulai dari sahabat Khulafa-ur Rasyidiin, hingga sahabat tabi’ien, dan beberapa generasi setelahnya. Membimbing bukan hanya barisan petempur. Tapi barisan pemimpin dan juga pengusaha. Sekeliling Rasul kemudian menjadi orang-orang hebat yang melekat Qur’an dan warisan akhklak kenabian, dan juga menjadi pemimpin, penguasa, dan pegusaha dan pedagang hebat pada masanya.
Sekurang-kurangnya sejarah mencatat ada Abdurrahman bin Auf, sahabat Rasul yang menginspiratif dunia usaha. Saat beliau ikut hijrah bersama Rasul, Abdurrahman bin Auf pamit ke pasar. Dan kemudian beliau menguasai pasar Madinah sebagai permulaan setelah hijrahnya. Abdurrahman bin Auf menjadi penguasa dan pengusaha besar pada zamannya.
Ga tanggung-tanggung, sahabat-sahabat senior, yang disebut Khulafaur-Rasyidiin, yakni Abu Bakar, ’Umar bin Khattabb, ’Ustman bin ’Affan, dan sahabat yang dikenal bersahaja, ’Ali bin Abi Thalib, pun semuanya penguasa yang adil, pemberani, disegani dan ditakuti, dan sekaligus sebagai pengusaha, yang menambah deret kemuliaan dan kehormatan diri baik di mata manusia apalagi di mata Allah.
Properti Khaibar milik ’Umar bin Khattab, bukan maen besarnya, 70 ribu properti dikisahkan dimiliki ’Umar yang semuanya dipakai untuk menunjang dakwah dan perjuangannya. Kisah heroik ’Ustman sebagai pedagang pun menginspirasi seorang Yusuf Mansur ber-Quantum di urusan keuntungan usaha dan bisnisnya. Manakala dagangan ’Ustman distop oleh kafilah arab, hendak dibayari 2x lipat, ’Ustman ga mau. Dibayari 10x lipat oleh kafilah berikutnya, hingga 20x lipat oleh kafilah berikutnya, ’Ustman tetap menolak. “Ada yang membeli 700x lipat.“ ’Ustman disebut gila. Siapa yang bisa beli sampe 700x lipat. Ga ada. Kalaupun ada, berapa mau dijual? Dan siapa yang bisa beli? ’Ustman menjawab, ada. DIA lah Allah. Allah yang membeli dagangannya ’Ustman, hingga 700x lipat atau bahkan lebih. Sebagai janji bagi sesiapa yang mau bersedekah di Jalan Allah.
Subhaanallaah...
Cetak biru sejarah, dan tintas emas sejarah ini terlalu dini saya kupas di Mukaddimah ini. Biarlah ia menjadi sesuatu yang ringan, sesuai dengan apa yang ingin dikupas di rangkaian-rangkaian tulisan ini. Insya Allah tidak akan berkernyit mengikuti pembelajaran demi pembelajaran, namun dengan semangat yang mudah-mudahan “tidak sekedar“ menjadi pengusaha dan pemimpin yang ecek-ecek. Insya Allah. Dengan kesungguhan kita semua, maka kalimat Kun Fayakuun akan berlaku juga untuk kita. Sebuah kalimat yang menandakan juga adanya proses dan keterlibatan kita semua dalam “Keputusan Takdir“ Allah.
***
Sebelum Kuliah Umum “Semua Bisa Menjadi Pengusaha“ menjadi berat, saya coba endapkan dengan bicara “visi misi“. Kenapa Yusuf Mansur, yang seorang ustadz, dan belom diketahui reputasinya sebagai pengusaha, he he he, lalu membuat Sekolah Bisnis? Membuat kuliah tentang “Semua Bisa Menjadi Pengusaha“? Dan mendorong orang untuk berusaha? Berdagang? Di antaranya, supaya Saudara yang kepengen masuk ke gelanggang ini punya niatan dan visi misi yang relatif sama. Bukan karena egoisitas kepengen kaya dan berkuasa. Dan supaya Saudara meniti jalan mudah yang dibentangkan Allah, yang pilihannya juga begitu banyak dan variatif. Yakni lewat jalan ibadah dan doa. Disebut banyak dan variatif, sebab ibadah itu betul-betul banyak.
Ya, sebelum Kuliah Umum ini berkembang menjadi berat, saya pun kepengen mencairkan suasana, dengan kembali mengatakan kepada Saudara-Saudara semua, “Asli. Menjadi pengusaha itu tidak sesulit yang Saudara kira. Miliki keinginan, miliki impian, mendekat ke Allah, dan teruuuuuuuus aja bergerak. Hingga Allah Membimbing, hingga Allah Memberikan Karunia.“ Ada yang malah ga punya keinginan, ga punya impian. Atau katakanlah, tidak menjadi afirmasi, tidak menjadi sesuatu yang dikatakan. Tapi ia mendekat ke Allah, dan terus juga bergerak. Akhirnya ia ada di dalam impian yang diimpikan oleh orang banyak, namun mereka yang satu ini tidak mendekat ke Allah dan tidak bergerak.
Dunia Allah terlalu luas bila menjadi pengusaha haruslah terlebih dahulu sekolah tinggi, babak belur ditipu habis-habisan, ancur-ancuran, atau harus punya sederat pengalaman, punya modal, punya mitra bisnis. Ada Jalan Lain. Mudah. Asal mau. Asal yakin.
Menjadi “penguasa“ juga demikian. Tidak sesulit yang Saudara kira. Saya punya kawan, atas izin Allah mendawamkan dengan sengaja ayat ke-26 ke-27 Surah Aali ’Imroon. Di tengah pastinya ada yang bakalan berdebat, koq ayat ini dipake buat zikir buat wirid, apalagi ada tendensi tertentu, kawan saya ini mengalir. Posisinya sebagai guru honorer di satu madrasah, membuatnya terdorong, termotivasi, bergairah, membaca sebanyak-banyaknya dan serajin-rajinnya ayat 26-27 Surah Aali ’Imraan ini. Di Indonesia, “sebanyak-banyaknya“ dan “serajin-rajinnya“ ini yang bahasa gampangnya: didawamin bacanya, dijadikan pakaian harian, dijadikan wirid andelan. Di mana tidak akan ditinggal dua ayat ini setelah baca juga zikir-zikir atau wirid-wirid lainnya.
Peristiwa yang mengantarkannya menjadi seorang gubernur daerah, sungguh ia tidak mengira. 2-3 tahun sebelum pelantikan, saat itu, ia mendengar CD saya atas izin Allah. Lalu kawan ini kepengen berubah. “Tidaklah salah kepengen berubah, asal keinginan itu disampaikan ke Allah Yang Maha Mengubah, dan berproses menjadi berubah dengan cara-cara Allah.“ Di CD itu, ia menangkap secara gampangnya ayat yang ia yakini secara teks juga demikian artinya. Allah yang bisa mengubah. Ayat ini dibacanya, dan menjadi teman setiap habis shalat. Hingga masa itu datang.
Seorang gubernur “incumbent“ memintanya untuk mewakili beliau maju di Pilkada di daerahnya.
“Aih... Mimpi apa aku ini...? Diajak nyalonin jadi wakil gubernur...?“ Bermodalkan kurang dari 400rb rupiah, ia kemudian menjadi salah satu gubernur dengan biaya termurah. Maklum, sudah lazim di Indonesia, mahal sekali biaya pencalonan itu. Baik untuk membeli kendaraan politiknya, sampe ke biaya pra kampanye dan kampanye. Bahkan untuk proses pendampingan saksi saja, harus ekstra biaya yang tidak sedikit.
Koq gubernur? Bukannya jadi wakil?
Ya, awalnya wakil. Gubernur incumbent terpilih lagi, dengan beliau sebagai wakilnya. Tapi musibah datang, ujian datang, untuk gubernur yang didampinginya. Gubernur asli tersebut terkena dugaan kasus, sehingga harus mundur dari jabatannya. Naiklah kemudian wakil ini menggantikan. Sungguh kejadian ini tidak diduga sama sekali. Ia yang buta bagaimana memimpin daerah, tiba-tiba mau tidak mau harus memimpin penuh. Subhaanallaah.
Di rumah kediaman gubernur, beliau berkisah, “Akkkuuu, biasa baca doa di sini Ustadz,“ kata kawan saya ini bertutur dengan logat kedaerahannya. “Ga nyangggka, kalau eh, aaakkku sekarang yang tinggal di sini...“
Saudara yang kemudian membaca tulisan ini, diam-diam menaruh keinginan menjadi gubernur juga, he he he. Lalu mendawamkan ayat ini juga. Ayat 26-27 Surah ke-3. Kenapa saya bilang diam-diam? Ya, malu-malu. Diam-diam, malu-malu, takut ada yang mengatakan, wuah, kepengen jadi gubernur ya? Mendawamkan ayat tersebut. Sementara yang lain mengatakan, wuah, jadi murahan ini ayat, jika dimaksudkan untuk wasilah jadi gubernur. Ada lagi kemudian yang mengatakan, jangan kepengen jadi gubernur, neraka!
Weh weh weeeeeeeehhh... Saking aja ini Mukaddimah. Kalau engga, udah dibahas deh, he he he. Kalau tidak ada seorang muslimpun yang bermimpi menjadi kepala daerah, kepala negara, jangan salah bila ada “orang lain“ yang memimpika itu, bahkan merencanakannya, dan bergerak. Hingga kemudian kaum muslim dipimpin oleh “orang lain“.
Jangan memusuhi keinginan. Jangan memusuhi impian. Bersahabatlah dengan keinginan, bersahabatlah dengan impian. Keinginan saja, impian saja, tanpa ada Allah, tanpa ada amal saleh, tanpa ada ibadah, tanpa ada doa, mereka yang beraliran keyakinan meyakini bisa tercapai. Apalagi yang menyandarkan kepada Allah, mau menuruti Alah, mengikuti seruan Allah, meyakini Allah, dan kemudian sungguh-sungguh berdoa dan bergerak ke arah keinginan dan impiannya itu. Tentu mereka inilah yang lebih berpeluang.
Jika punya keinginan, jika punya impian, lalu mendorong Saudara beramal saleh yang hebat, semakin lagi berwarna suasana hati, dan apalagi terpelihara semangat di hati, sebab punya impian, maka itu menjadikan Saudara lebih hidup.
Ada anak yang sekolah dengan datar. Ia tidak punya cita-cita kepengen masuk UI. Apalagi keluar negeri. Akan berbeda dengan anak yang sedari awal membidik UI sebagai cita-citanya.
Seorang yang kepengen menjadi tentara, dengan yang “kebetulan“ mengalir menjadi tentara, akan berbeda juga barangkali hidupnya. Perjalanan ke depan memang milik Allah. Namun sebagai seorang manusia, saya lebih senang mengatakan, bersahabatlah dengan keinginan, bersahabatlah dengan impian. Jangan biarkan ia menjauh. Asalkan Saudara ajak keinginan itu dan impian itu kepada Yang Merajai Keinginan dan Yang Merajai Impian.
Terngiang dialog di atas kereta Sinkansen, kereta super cepatnya Jepang, yang membawa saya dan Ugi, Ketua IPTIJ (Ketuanya para pekerja training Jepang), dari Osaka-Tokyo-Osaka. Saya berbicara dengan Ugi atas izin Allah seputar impian. “Ugi, kalo udah punya hasrat, punya keinginan, punya impian, bikin cantolannya. Usahakan ada aktualisasinya. Ada visualisasinya. Sebagian kawan menolak. Saya mah setuju banget. asal jangan pernah jauh dari Allah. Seorang ayah yang pengen anaknya masuk UI, ajak anaknya maen-maen ke UI. UI itu Universitas Indonesia. Ajak sesekali shalat Jum’at di sana. Sepedaan di sana. Hingga anak bisa punya impian ke sana. Kalo udah begini, udah deket nih. Sambungannya udah ada. Apalagi kalau mau mendoakan anak, dan membawa anak ke Allah. Lalu anak jadi pandai berdoa ke Allah supaya gede nanti kuliah di UI. Beliin kaos berlogo UI dan bertuliskan UI. Belikan topi berlogo UI, bertuliskan UI. Beli stikernya. Tempel di rumah. Teruslah berdoa. Hingga kemudian rektor UI 30-40 tahun ke depan adalah anaknya!“
Begitu saya bertutur kepada Ugi.
Dalam kesempatan memberikan motivasi bisnis, motivasi usaha, motivasi menjadi pebisnis, pengusaha, pedagang, kepada para pekerja di Jepang, saya mengatakan, “Bercanda-canda aja dulu dengan keinginan dan impian. Tapi bedakan dengan yang lain. Jangan cuma kepengen, jangan cuma ngimpi. Harus ada tahapan berikutnya. Jadikan keinginan itu, impian itu, ibadah. Sejak awalnya diinginkan, diimpikan, sudah jadi ibadah. Dan jadikan besar itu keinginan dan impian, dengan memperbesarnya bersama Alah.“
Di Osaka, seribuan pekerja yang mulia, berkumpul. Saya berdialog dengan mereka. Salah satu saya panggil ke depan, apa yang Saudara inginkan? Usaha apa yang Suadara bayangkan? Salah satu dari mereka maju dan menjawab, “Saya kepengen punya cucian mobil...“
Saya lalu memotongnya sopan, “Nah... Bagus nih kalo udah punya impian, kepengen, kayak begini. Sekalian aja bawa ke Allah. Supaya jadi ibadah. Dan kalau udah dibawa ke Allah, jangan tanggung-tanggung mintanya. Minta sama Allah supaya bisa punya 100 tempat cucian mobil yang modern.“
Saya bercanda-canda dengan para kansusei Jepang in, apa kemudian “sambungan“ keinginan itu? Apa aktualisasinya?a visualiasisanya? Maen-maen ke tempat cucian mobil. “Saya ga paham cucian mobil di Jepang kayak apa. Tapi kalau di Indonesia saya kebayang...“, begitu kata saya. “Maen dah ke sana. Maen ke satu cucian mobil dan ke cucian mobil lainnya. Usahakan nyambi di sana. Sambil berdoa dari jantungnya keinginan itu, jantungnya impian itu, seperti soalan UI tadi. Sambil nyambi di sana, sambil berdoa. Coba miliki bekas tempat sabun atau shampo mobilnya. He he he, cuci, keringin, jadiin monumen keinginan dan impian. Lalu saat dhuha, saat shalat malam, saat habis shalat fardhu, berdoalah sebagiai kebaikan tambahan doa minta surga dan perlindungan dari neraka, yakni doa supaya bisa punya 100 cucian mobil.“
Inget cucian mobil, saya jadi teringat kawan saya. Dia ini demen banget ngoleksi mobil hummer. Maenan mobil hummer dibelai-belain dibeli. Dan ditaro di tempat yang mudah dilihatnya saat tidur dan bangun. Belasan tahun kemudian, ia yang seorang tukang cuci mobil, kadang merangkap sebagai penambal ban, menjemput saya dengan Hummer asli! Kisahnya sudah ditulis oleh @Anwar_SaniMoza dan masuk ke dalam salah satu bukunya beliau yang berjudul: Donat.
Saya tanya lagi yang lain. adalah Adhit, sekjen IPTIJ. Beliau kepengen punya bisnis properti. “Mau bikin apartemen,“ katanya sambil setengah tersenyum meringis. He he he, ada ya tersenyum tapi meringis. Ya, barangkali ia memandang dirinya ga pantas bermimpi punya apartemen.
Saya besarkan hatinya. Bisa koq. Mulai aja “memproduksi“ keinginan, memproduksi impian.
Dialog, dialog, eh dia menyebut ada orang di kampungnya yang mau jual tanahnya. “1 milyar,“ kata Adhit. Ay ayyyy... Adhit udah berani nyebut 1 milyar. “Tanahnya 1 hektar. Di Jagakarsa, Jaksel.“
Saya tertawa kecil, tapi bukan menertawakan. “Bukan 1 hektar kali Dhit.... Di Jakarta udah susah tanah murah dan besar. Apalagi di Jagakarsa. Walaupun bisa-bisa aja...“ Adhit tersenyum. “Eh eh eh, iya. 1000 meter kali ya... Ga mungkin ya? Iya kali. 1000 meter. Tapi ada. Saya inget. Tetangga saya persis koq. Hanya beda berapa rumah.“
Lihat. Adhit udah memulai perjalanan keinginan, perjalanan impian. Sesaat setelah ia memproduksi impian, keinginan, ia mengingat peluang. Sungguhpun duit ga ada. Seukuran 1 Milyar, namun saya membesarkan hatinya, bahwa pemilik tanah itu adalah Allah. Bawa keinginan itu ke Allah, bawa impian itu ke Allah. Lalu saya menggoretkan tulisan di kertas yang beliau bawa, untuk mengingatkan beliau untuk segera merapat ke Allah, sebagai satu-satunya investor.
Dit, tanah 1000 itu mau Adhit apakan? Tanya saya. Saya sengaja ga make, “Kalau tanah itu bisa dimiliki Adhit...?“ Saya ga pake kalau. Langsung aja pake past-tense, seakan-akan tanah itu bener-bener udah kebeli.
“Mau saya bangun perumahan...“
Saya sungguh tidak akan menertawakan hingga saya sok jago. Saya ambil BB saya, lalu saya perlihatkan foto apartemen yang saya sedang bangun saat tulisan ini dirilis. “Dit, ini apartemen yang tingginya lebih dari 10 lantai. 4 blok. Ini di tanah 5000 meter. Jadi kalau 1000 meter bisa dibuat apa?“
Adhit jawab, “Iya ya. Bisa dibuat kos-kosan...“
Lihat, Adhit bahkan belom bergeser tempat. Ia belom bergerak. Belom dhuha, merapat ke Allah. Belom shalat malam. Belom berdoa. Belom googling nyari info-info. Belom nambah ilmu dengan beli buku. Belom ikut seminar-seminar dan pelatihan properti. Belom. Baru berpikir, dan masih di tempat! Lompatan udah kelihatan: Ingat ada yang jual tanah, kepikiran bangun perumahan, mengoreksi menjadi kos-kosan bertingkat... Apalagi bila kemudian ia bergerak. Subhaanallaah...
Arif, seorang kawannya yang lain, di meja makan Pak Iben, Pak Konjen RI di Jepang bilang, “Saya mau usaha sawit. Saya mau ngumpulin gambar sawit,“ katanya mantab. Pajangan di rumahnya mau diganti. Kebun sawit. “Saya mau ngafal Qur’an ah. Biar impian saya diurus Allah...“
Jleb...!!!
Manteb... Manteb....
Sampe bagian Arif ini mengingatkan saya, kalau ini baru Kuliah Umum...!!! Jangan panjang-panjang, he he he.
***
Tapi tanggung ya... He he he. Saya terusin aja dikit lagi. Nanti omongan Arif di atas ini ada sambungannya di akhir Mukaddimah yang menjadi benang merah visi misi, dan goals yang saya dan kita seharusnya pengenin. Insya Allah amin.
Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah. Mulai tahun 2010-an hingga tulisan ini digelar menjadi Kuliah Berseri di KuliahOnline, saya kian tertarik membahas dunia usaha, dunia dagang, sekaligus dunia kerja profesional. Dan sebagaiman saya jelaskan di atas, di tahun 2010-an ke atas, saya rasa saya pun mulai bergairah, he he he, bicara tentang Indonesia dan Kepemimpinan. Serial Wisatahati di ANTV di tahun 2012 pun kemudian merilis judul-judul yang terkait dengan dunia usaha dan dunia kepemimpinan. Kadang ga tanggung-tanggung, sekali rilis bisa 40-an seri. Alias berminggu-minggu di antv bicara tentang dunia usaha dan kepemimpinan.
Pada pembahasannya, seringan-ringannya saya kemukakan bahwa menjadi pengusaha dan pemimpin itu mudah. Saya ulang-ulang kalimat ini di berbagai kesempatan, supaya betul-betul tidak ada rasa berat dan ketakutan meniti dua jalan ini.
Ada yang menjadi pengusaha mini market dan kontrakan ruko dengan modal ngebiasain baca Surah al Waaqi’ah. Koq bisa tahu? Bisa yakin? Ya, sebab kisah ini emang dimulai dengan pertemuan dengan seorang anak muda tukang tambal ban. 2008 ketemu Yusuf Mansur. Yusuf Mansur nanya, berapa penghasilan sebulan? Dijawab, “Harian. Sehari 15rb.“ Lalu dikasih amalan supaya banyak rizki. Jangan tinggal surah al Waaqi’ah. Sehari sekali mah kudu dibaca. Bagus 2x, jadi lebih banyak. Baca dah pagi sore. Orang ini ngamalin. Setahun berikutnya mengundang Yusuf Mansur untuk meresmikan minimarket waralaba yang dibukanya. Kisahpun berguir.
Ada yang menjadi pengusaha kemiri (bumbu dapur), dengan modal 4 surah; ar Rohmaan, al Waaqi’ah, Yaasiin, al Mulk. Lalu kemana-kemana menginspirasi orang untuk jangan meninggalkan 4 surah ini sehari-sehari. Dipakai bahasa jangan meninggalkan, untuk menunjukkan masih perlu baca yang lainnya. Usianya sudah 50-an tahun. Hutang banyak. Yusuf Mansur lalu dilihatnya campaign Indonesia Menghafal. Sebagai permulaan, dawamin 4 surah ini. Supaya lama-lama hafal. Atau sengaja saja hafal. Dan kemudian Yusuf Mansur dilihat dan didengarnya mengungkapkan kisah-kisah di balik orang yang menghafal dan mendawamkannya. Hingga kemudian ibu ini mendapat tamu yang memintanya menjadi supplier kemiri, padahal dia ga ada track record sebagai pengusaha! Ga tau juga gimana carinya, dan seperti apa. Tapi sama orang ini diajari. “Saya sekarang udah ga ngirim lewat kurir lagi, Ustadz. Tapi sewa pesawat kargo sendiri,“ katanya di bandara Gorontalo, tanggal 1 Januari 2010. Subhaanallaah, beliau menceritakan prosesnya yang menurutnya relatif cepat, 4 bulan. “Saya ga membayangkan sebelomnya. Saya cuma kepengen lunas hutang. Supaya di hari tua ini saya tenang. Saya yakin, dengan membaca Surah-surah yang diajarkan Ustadz, pasti ada Kebaikan Allah..“
Yang ga senang, ya tetap aja ga senang. Ga apa-apa. Seruan lisan, atau pun tulisan, tidak hendak memaksa Saudara setuju, atau memaksa Saudara membaca ini dan itu.
Yang khawatir akan jatuh kepada “baca Qur’an hanya Waaqi’ah dan atau 4 surah saja“, saya katakan, bahwa “Subhaanallaah, hanya baca ini saja sudah masya Allah. Apalagi beliau beliaunya ini baca yang lain. Masya Allah tentu lebih meningkat lagi.“
Dan Saudara-saudaraku yang disayang Allah. Tukang tambal yang mendawamkan al Waaqi’ah, dan si ibu yang mendawamkan 4 surah; ar Rohmaan, al Waaqi’ah, Yaasiin, dan al Mulk, dua-duanya sama-sama ga ngerti loh apa yang dibaca! Saya agak berbeda dengan yang lain. Yang lain mengatakan, “Jangan hanya baca. Ga ada pengaruhnya! Baca juga terjemahannya.“, maka saya berbeda. “Lihatlah. Ga ngerti aja demikian berpengaruhnya. Apalagi ngerti. Tetap mendorong untuk memahami, membaca terjemahannya, mempelajari dan belajar tafsirnya, hukum-hukumnya.“ Karena al Qur’an emang beda. Ia bukan bacaan biasa yang tak berpahala. Ia adalah al Qur’an. Kalamullaah. Yang kalau dibaca maka setiap hurufnya mengandung 10 sampe 700 kebaikan. Subhaanallaah. Wallaahu a’lam.
Menjadi pengusaha dengan cara Allah, sungguh mudah dan jalannya menyenangkan. Dari awal tracknya jadi track ibadah yang tidak berliku. Kalaupun timbul liku-ilku, Allah akan menemani. Masya Allah. Kalau jadi pengusaha dengan cara di luar Allah, maka jalannya sudah pasti jadi bukan cara ibadah. Dan ini menjadi jalan biasa saja. Tidak istimewa.
Ada yang menjadi pengusaha global, dengan dhuha sebagai pintunya di saat krisis ’97-’98. Namun saat membuka pintu dhuha ini langsung digeber, 8 rokaat saban hari. Hingga kemudian Allah memuliakannya dengan memberikan kunci-kunci kekayaan dunia. Dan pastinya negeri akhirat tetap diberikan Allah. Allah terlalu kaya untuk tetap membagi Janji-Nya di akhirat sana.
Ada yang menjadi pengusaha dengan shalat malam sejak SMP nya. Lalu kemudian tumbuh menjadi pengusaha worldclass yang rapar kemaren bisa di London, lalu besok lusanya bisa Hongkong. Sementara ketika perjalanan luar negeri, bukan hanya tidak menoleh ke tempat maksiat, tapi sajadah tahajjud pun tetap tidak ditinggal. Subhaanallaah.
Ada seorang yang bersedekah separuh dari 40-an ruko yang dimilikinya di salah satu kota besar di tanah air. Dan memimpin pembangunan masjid dan pesantren sebagai salah satu obsesi barunya, bukan saja kepengen buka cabang baru lagi dan lagi. Sementara ketika Yusuf Mansur bertemu dengan ayahnya si pengusaha muda ini, ayahnya bercerita, anaknya sejak kecil sangat menyukai azan. Kalau ada yang lain, azan mendahuluinya, ia suka menangis. Dan itu tanda sejak kecil anak ini sudah ada di barisan shalat berjamaah. Masya Allah.
Ada orang yang kemudian tumbuh menjadi seorang pengusaha, dengan berbekal sedekah. Hingga ia bertutur, ia percaya kekuatan sedekah. Meski berkali-kali sedekah itu belom menampakan hasilnya, bahkan hingga bertahun-tahun, namun ia optimis. Toh yang disebut bertahun-tahun katanya, ya baru 6 tahunan, he he he. Bukan berabad-abad. Yang satu ini malah dulunya supir saya pribadi. Ia bilang, saya tidak mau digaji. Pengen sedekah dengan cara nyetirin saya. Dan katanya, ga mau lama-lama nyetirin ustadz. Kepengen jadi pengusaha, he he he. Asli, secara verbal diungkapkan dalam perjalanan Jkt-Bandung-Jkt, sambil terkekeh-kekeh. Sementara yang lain minta dibayar, atau berharap dibayar, ia tegas mengatakan kepengen bersedekah dengan cara menyetiri ustadz. Mantab! Sering-sering aja dapat supir yang begini, he he he.
Supir saya ini kemudian memang pamit. Berpisah. Hingga satu masa, di tempat yang jauh sangat dari Jakarta, kalaulah tidak pake pesawat, yakni di Sumsel, keberuntungan itu diberi Allah juga. Sekedar catatan, saya suka tidak nyaman menyebut keberuntungan sebagai sesuatu kekayaan belaka. Namun kata-kata ini “terpaksa“ saya pakai juga untuk menunjukkan satu perubahan. Saya lebih senang aslinya menyebut, bahwa mereka yang sudah bisa beribadah, meski harapannya belom lagi dikabul, keinginan dan doanya belom lagi dijabah, kesulitannya belom lagi dilepas Allah, sungguh ia telah berada di keberuntungan yang nyata. Namun sekali lagi, untuk menggambarkan perubahan yang terjadi pada supir saya ini, kata-kata: keberuntungan, saya pakai juga.
Ya, di Sumsel, keberuntungan ini datang juga.
Satu hari sebelomnya, ia dan istrinya berpuasa. Ketika mau buka, uang di tangan 5000 rupiah. Jalanlah ia untuk membeli sekedar jajanan buat berbuka. Buat dirinya, istrinya, dan sekalian buat anak-anaknya. Namun di tengah jalan, seperti kisah sedekah klasik, uang ini ada yang minta. Ia dan istrinya sepakat, memilih tidak berbuka puasa. Tanggung. Sekalian terus nge-track di dunia sedekah. Sampe kata-kata Ustadz terbukti, sampe datang itu janji Alah. Sedekah adalah pengorbanan. Masa iya juga ga makan. “Semua dijamin Allah,“ kata hatinya yakin. Istrinya mendukung. Dan nyatanya malam itu mereka tetap makan. “Dikirim Allah,“ katanya.
Esok harinya, kabar gembira itu datang. Dia ini didatengi pemilik lahan, yang di dalamnya ada batubaranya. “Ada yang mau beli. Situ aja yang urus.“ Supir saya ini kemudian mengurus. Sederhana. Hanya nyambungin dan faslitasin ketemuan. Orang Korea ternyata. Bukan orang Indonesia. Dalam perjalanan waktu, ada peristiwa di mana uang 3M sebagai awal, dititip ke eks supir saya ini. Tidak lewat transfer. Tidak lewat cek. Tapi tunai. Dititip ke supir saya. Entahlah. “Peristiwa itu terasa benar diatur Allah,“ tutur beliau kepada Ustadz Basuni, kawan saya sekaligus guru saya. “Kalau tidak dititip ke saya, lain cerita kali.“
Uang 3M sebagai DP itu kemudian berlanjut dengan pembayaran kedua. Wallaahu a’lam. Semoga kisah kayak gini dialami sendiri oleh Saudara, sehingga saya tidak dianggap bohong. Saya terus terang ada kesulitan tersendiri kalau berkisah dengan mencantumkan identitas asli narasumber atau testimoni. Jadi ya dinikmati saja, sambil saya berdoa, kisah ini akan menjadi kisah Saudara semua yang percaya lalu mengikuti.
Eks supir saya ini memberikan semua uang 3M kepada pemilik lahan. “Nanti pembayaran kedua, langsung sama orang Koreanya.“
Saat membayar bayaran kedua, orang Korea ini cukup surprise melihat transaksi lancar. Uang 3M yang berpotensi dibawa lari, sedang ia tidak ada siapa-siapa di Indonesia, ternyata nyampe sempurna kepada pemilik lahan. Surprise berikutnya, ia tidak menduga bahwa uang 3M itu tidak akan dipotong sama sekali, sebagai barangkali kelaziman calo atau transaksi. Yang terjadi berikutnya, Korea ini nyaman sekali dengan eks supir saya ini.
“Susah cari yang jujur.“
Akhirnya ia pun menjadi orang kepercayaannya Korea ini hingga mengatur lalu lintas uang puluhan milyar rupiah.
Hal-hal yang begini yang akan dibahas di sini. Ga susah. Semua insya Allah bisa.
Sekedar menjelang tutup mukaddimah ini, saya ingin mengatakan kepada Saudara-Saudara semua, sungguh jalan bagi Allah itu luaaaaaaas dan buanyak. Jangan yang ada cantolannya kayak gubernur di atas tadi. Di mana sebelom dicalonkan jadi wakil, ia sudah sering ke rumah dinas gubernur, walo sebatas pemberi kultum dan tausiyah. Atau kayak eks supir saya, dengan jelas ia mengatakan ga bisa lama-lama jadi supir saya. Kepengen kaya, kepengen jadi pengusaha, he he. Insya Allah yang ga ada angin pun, di awalnya, ga ada cantolannya pun, di awalnya, insya Allah, insya Allah, insya Allah, segala jalan milik Allah. Allah akan bukakan untuk Saudara semua. Insya Allah.
Kalau cerita melulu, ga beres-beres nih Mukaddimah. Ntar malah jadi buku saku terpisah, ha ha ha. Kayak Mukaddimahnya Kuliah Tauhid atau Mukaddimahnya Quantum Giving yang sudah duluan jadi buku tersendiri. Insya Allah saya batasin dah.
Saya segera tutup dengan beberapa lagi informasi. He he, maaf ya. Belom nutup-nutup juga.
Berbarengan dengan itu, atas izin Allah saya dan kawan-kawan dengan dibantu oleh jutaan orang di negeri saya, Indonesia, mengumandangkan INDONESIA MENGHAFAL. Sebuah gerakan yang membangun ddasar dan mewarnai pembangunan Indonesia masa depan.
Gerakan ini meski tidak menyengaja memfokuskan ke anak-anak Indonesia, melainkan ke semua strata umur masyarakat, namun sasaran utama gerakan ini adalah anak-anak bangsa. Orang-orang tua Indonesia menjadi motor bagi anak-anak Indonesia agar anak-anaknya tumbuh bersama al Qur’an. Mau jadi apa kek anak bangsa di kemudian harinya, anak udah dibekali duluan dengan al Qur’an. Gerakan ini kemudian menjadi srategis apabila kemudian disadari bahwa Indonesia masa depan bukan hanya diinginkan sebagai negara yang maju dan memimpin dunia saja, tapi negara yang semakin bermartabat, berakhlak mulia, berkarakter Indonesia yang ramah, santun, dengan al Qur’an sebagai jendralnya.
Kehidupan ini, termasuk kehidupan pengusaha dan penguasa, semuanya tidak bisa dipisahkan dari yang namanya agama. Tidak bisa dipisahkan dari yang namanya al Qur’an dan as Sunnah. Kalau misah dan terpisah, wuah, rusaklah negeri ini, rusaklah dunia ini, dan rusak juga keluarga dan dirinya.
Karena itu, sebagaimana saya menyeru di Mukaddimah ini: “Jangan memusuhi keinginan, jangan memusuhi impian. Bersahabatlah dengan keinginan dan impian, bawalah ke Allah dan teruslah bergerak,“ maka saya pun ingin berkata: “Jangan memusuhi dunia usaha, jangan memusuhi kekuasan. Masuklah. Ikutlah menjadi pemainnya. Warnai dengan al Qur’an dan akhlak yang mulia. Berdakwahlah di dunia usaha dan dunia kekuasaan, dengan memberikan contoh riil yang menakjubkan dan nyata. Dan jadilah manusia yang sebanyak-banyak manfaat buat yang lain.“
Saya membayangkan, indah betul, di geladak kapal perang induk Indonesia. Berdiri seorang panglima TNI, memimpin shalat tarawih berjamaah.
Di kapal perang induk itu, berlangsung tiap malam, seperti pasukannya Muhammad al Faatih yang menaklukkan Konstantinopel di abad 14, di mana mereka shalat malam, shalat tarawih, 1 malam 1 juz. Sang panglima TNI yang datang di malam ke-17, melanjutkan dengan juz yang ke-17 tanpa ada kesulitan. Ayat suci berkumandang, di atas geladak kapal perang induk Indonesia. Bukan sekarang. Tapi 20-40 tahun yang akan datang dari 2012 ini. Suara yang datang dari seorang imam yang haafidz, yang hafal Qur’an, sedang ia adalah seorang pemimpin yang memimpin seluruh angkatan bersenjatanya Republik Indonesia, darat, laut, dan udara. Subhaanallaah...
Lebih amazing lagi, ribuan tentara yang ikut shalat, pun mayoritasnya adalah tentara-tentara penghafal Qur’an. Masya Allah. Zaman itu akan sampe. Zaman di mana ga akan ada kesulitan merekrut calon-calon tentara yang hafal Qur’an. Sebab input sekolah tentaranya, sudah output sekolah Qur’an semua.
Ini memang impian. Tapi biar aja. Mulai aja bermimpi. Apalagi Indonesia udah mulai keilangan mimpinya. Didera korupsi, didera kasus-kasus politik, kerusuhan, dan berbagai macam penderitaan rakyatnya. Media pun ikut bertanggung jawab membangun keprihatinan bangsa, dan pesimisme. Saya memilih fokus aja ke impian, dan motivasi membangun. Bukan saya doang yang bermimpi. Tapi semua yang membaca ini, yang mengikuti perkuliahan ini, insya Allah semuanya ikut serta bermimpi. Dan kemudian sama-sama bergerak mewujudkan impian ini, bersama Allah juga.
Saya membayangkan, ada satu gedung baru dibuka. Milik sebuah perusahaan holding company. Yang dibarengi dengan syukuran diakuisisinya perusahaan berbendera asing yang diambil kembali oleh anak negeri, yakni si pemilik gedung.
Hari seremoni pembukaan itu hari senen siang. Tidak ada dominasi makan siang, ataupun jamuan minuman dan kue-kue. Sebab presdir dengan jajarannya, dan ribuan karyawan yang khidmat mengikuti seremoni pembukaannya, sedang berpuasa sunnah. Puasa sunnah hari senen.
“Kita mencapai kejayaan ini, sebab di antaranya fadhilah puasa sunnah yang kita lakukan bertahun-tahun dengan izin Allah. Bertahun-tahun kita bersama membangun usaha ini dengan buka puasa bersama. Ribuan istri karyawan, ribuan suami karyawati, semuanya datang ke kantor-kantor cabang kita semua, dan termasuk di kantor pusat. Untuk berbuka bersama, mendoakan usaha kita ini. Lalu sampailah kita hingga hari ini. Maka hari kemenangan ini, tidak kita tandai dengan makan-makan di siang hari, tapi justru kita merayakannya dengan mengingat sejarah. Yakni sambil berpuasa...“, begitu cuplikan sambutan sang presdir. Mantab!
“Buat yang tidak berpuasa, ga usah khawatir. Qur’an dan Rasulullaah mengajarkan kami memuliakan tamu. Kami tetap akan menemani. Seakan-akan kami tidak berpuasa...“
Seakan Presdir ini sombong mengatakan ini, tapi kalimatnya bukan kalimat yang sombong, riya, tapi kalimat penuh makna dan memotivasi. Ia merayakan seremoni pembukaan gedung barunya, selametan perusahaan yang baru dibelinya, bersama karyawan-karyawatinya dengan tetap berpuasa. Subhaanallaah.
Dan selepas ashar, menyambut datangnya waktu berbuka, ada khataman Qur’an. Khataman Qur’an adalah bid’ah bagi sebagian yang lain. Tapi tidak buat Presdir dan perusahaan ini. Khataman Qur’an pun biasa saja. Ga ada yang istimewa. Kecuali pemandangan di perusahaan ini. Biasanya khataman Qur’an dilakukan oleh santri-santri penghafal Qur’an, atau ustadz-ustadz yang hafal Qur’an. Sementara banyak karyawan senior, direksi dan owner, tidak di lokasi khataman. Sedang bergelak tawa dengan para tamu undangan terhormat lainnya. Di perusahaan yang dibayangkan ini, beda. Semua khusyu’, khidmat. Satu ruangan dengan presdir, di ballroom besar gedung itu. Siapa yang mimpin khataman? Ga tanggung-tanggung, langsung Sang Presdir! Bilghoib. Tanpa melihat dan tanpa megang Qur’an. Dan subhaanallaahnya, hanya sedikit dari ribuan karyawannya yang juga pegang Qur’an. O-o-o, rupanya mayoritas karyawan karyawatinya pun berasal dari generasi penghafal Qur’an.
Saat itu nanti datang, saat yang dibayangkan ini insya Allah terwujud, bukan sekarang. Tapi 30-40 tahun yang akan datang. Di mana zaman itu, tidak akan susah mencari calon karyawan yang datang membawa lamaran pekerjaan dan pengalamannya, berikut hafalan Qur’an 30 juz nya. Insya Allah ini bukan mimpi. Ada Allah, dan ada Saudara-saudara semua yang bisa mewujudkan bersama-sama. Insya Allah.
Btw, akan halnya dengan pembukaan usaha di hari senen, lalu ditutup dengan buka puasa bersama, agaknya ga usah nunggu 30-40 tahun kali. Yang satu ini mah Saudara bisa lakukan sesegera mungkin saat Saudara membuka unit usaha baru, kantor baru, memulai proyek baru, dan lain sebagainya.
Nah... Begini inilah suasana dunia usaha yang mau dibangun. Di perkuliahan ini, di tulisan ini, Saudara tidak akan menemukan pembahasan lebih detail lagi tentang sekolah kepemimpinan, atau tentang dunia kekuasaan. Sebab yang kali ini fokus di dunia usaha, dagang, dan kerja profesional.
Selamat mengikuti perkuliahan “Semua Bisa Jadi Pengusaha“. Doa saya menyertai.

Mau Jadi Pegusaha Sukses seperti Ustadz kita ? heheheh Yuk Gabung di jaringan VSI Beliau dan klik disini
Posted by Unknown On 21.59 No comments READ FULL POST
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

random post

sms center

pendafaran'
(BARU!!)Gunakan Salah satu SMS Center Dibawah ini untuk Transaksi Anda
Telkomsel Indosat XL
085320000090 085720000090 087720000090
- - -
Format Transajsi'

iklan banner murah (335 x 115)

V-Pay all Transaction

member borneo vsi

Member Borneo VSI
Member Aktif 215
Member Belum Aktif 64
Total Member 279

    like box

    Floating social

    About

    Adalah mitra VSI dengan ID Member = VP8859131 yg serius menggeluti Usaha berbasis syariah yang diprakarsai oleh Ustadz Yusuf Mansur telah bergabung sejak July 2013 dan telah diberikan kepercayaan oleh rekan mitra VSI menjadi Sponsor di Jaringan yang memiliki prospek cerah. Bermottokan "Mari Berbisnis Sambil Berdakwah"Read More..

    polisi online

    statistik vsi

    Statistik VSI
    Total Komunitas VSI 443.050
    Mitra Bulan ini 24.399
    Total Pengunjung 23.796.319
    Kunjungan Tamu 4.890.653
    Kunjungan Dari Mitra 18.905.653

    histats

    sms gratis